
Mata Air Cikandung
Setelah dari Curug Gorobog tujuan kami selanjutnya adalah Mata Air Cikandung. Karena ke mata air ini berlawanan arah dengan Curug Garobog jadi kami harus kembali lagi ke arah penginapan/kota. Dari Curug Gorobog berjarak sekitar 20km atau sekitar 10km dari pusat kota. Untuk ke sini kami mengandalkan Google Maps dengan kata kunci ‘Mata Air Cikandung’. Dari perempatan (Bundaran Alam Sari Sumedang) ambil kiri (kalo ke kanan ke Wado). Terus ke kiri nanti masuk ke Jalan Cikandung, ini adalah jalan desa dan kondisi jalannya rata dan tidak naik turun bukit.
Menyusuri Jalan Cikandung nanti terlihat papan petunjuk kayu kecil letak Mata Air Cikandung, masuk ke dalam sekitar 100m berupa jalan tanah nanti kita akan sampai di parkiran mata air, di depan deretan warung. Karena bulan puasa, semua warung tutup, hanya ada beberapa orang yang jaga parkir. Di sini tidak ada tiket masuk hanya bayar parkir dan itupun gak ada tarifnya. Di parkiran ini juga kita sudah berada di pinggir kolam Mata Air Cikandung.
 |
Gang masuk ke mata air |
 |
Suasana di sekitar mata air |
Kolam ini mempunyai kolam alami, berada di pinggir bukit dengan pohon-pohon besar. Di kelilingi oleh sawah menambah asrinya lingkungan di sini. Di pinggir kolam terdapat batu-batu besar yang kadang-kadang digunakan oleh anak-anak untuk loncat (orang dewasa jangan loncat karena dangkal). Kolam ini sangat bening bak kristal sehingga kita bisa melihat sampai ke dasar kolam dan mempunyai kedalaman maksimal sedada orang dewasa (1.5m). dasar kolam di penuhi batu-batu kerikil berwarna hitam, abu-abu dan kecoklatan, tidak terdapat tanah dan lumpur sehingga walaupun kita berenang tidak akan membuat keruh air kolam. Mata air ini menjadi hulu sungai yang lumayan lebar dan menjadi sumber pengairan warga. Mata air ini juga menjadi sumber air minum warga, ini terlihat dari adanya saluran pipa yang masuk ke sela-sela bebatuan (sumber mata air) jadi tidak langsung ke dalam kolam. |
Jernihnya kolam Mata Air Cikandung |
 |
Bermain air |
 |
Bermain air |
Karena memang sudah berniat untuk berenang di sini, kami pun masuk ke kolam, barang bawaan cukup ditaruh di atas bebatuan di pinggir kolam. Begitu masuk, terasa airnya begitu dingin dan perlu waktu untuk membiasakan tubuh. Kebetulan kami membawa kamera bawah air jadi bisa dipakai ketika menyelam hahahah. Saking jernihnya air di sini, foto kita seolah-olah bukan di dalam air. Di kolam ini ternyata ada juga ikan asli/endemik sini, berupa ikan kecil-kecil berwarna emas.  |
Pemandangan bawah air |
 |
Pemandangan bawah air |
Di atas kolam juga terdapat jembatan kayu yang pas untuk berjalan 1 orang. Di sini kita bisa berfoto-foto dengan latar persawahan. Jembatan kecil ini juga dipakai oleh anak-anak lokal untuk ke seberang dan bermain di aliran sungai. Nah untuk yang bawa anak-anak balita di sini juga disediakan penyewaan ban. Hanya saja karena ini adalah sumber air masyarakat dan merupakan hulu sungai jadi sebaiknya jangan mandi menggunakan sabun dan sampo yang mengandung zat-zat kimia, karena saya lihat beberapa anak lokal mandi menggunakan sampo dan kadang-kadang terlihat satu dua sampah sampo bertebaran. |
Bermain di jembatan |
 |
Bermain di jembatan |
Berat sekali rasanya meninggalkan lokasi kolam ini karena suasananya yang sangat asri, air bersih dan dikelilingi oleh persawahan. Selanjutnya kami kembali ke penginapan untuk beristirahat sebentar untuk melanjutkan ke destinasi berikutnya yaitu Waduk jatigede.Waduk Jatigede
Lagi-lagi ke destinasi ini kami mengandalkan Google Maps. Berlawanan arah dengan tujuan sebelumnya, jalur ini mengikuti lingkar Sumedang-Wado. Memasuki jalan desa yang tidak terlalu bagus, melewati perbukitan dan sempat melintasi jalur tol baru, tol Cisumdawu. Jalan desa yang kecil dan jelek ini sempat membuat saya hampir tabrakan dengan sepeda motor dari depan. Sampai di suatu jalan masuk yang cuman cukup untuk satu mobil ternyata kami mengikuti titik di Maps “Puncak Damar Waduk Jatigede” dan balik kembali karena tujuan awal adalah ke gerbang waduk.
masukkan script iklan disini